Langsung ke konten utama

"Menapaki Jalan Dewasa: Antara Ekspetasi, Ketakutan, dan Harapan"

Saat ini sedang merasakan semua dibuka dan ditata sendiri. Banyak sekali pertanyaan yang mengitari otakku.

Apa itu dewasa?
Kenapa harus menjadi dewasa?
Kenapa proses pendewasaan selelah ini?

Menjadi dilahirkan dan masuk ke fase tumbuh-menjadi-dewasa mungkin memang bukan hal yang bisa dikendalikan.

Dimana diri ini sudah mulai khawatir tentang masa depan dan orang-orang sekitar yang  menganggap dewasa serta menaruh ekspetasi tinggi terhadap diri ini.

Disaat orang-orang sekitar yang sebaya sudah mulai mengumpulkan pundi-pundi, manusia satu ini masih sibuk dengan uang orang tua untuk berkutik dengan materi kuliah setiap hari.

Saya takut mengecewakan ekspetasi mereka yang lebih terhadap saya.

Saya takut ketika saya gagal, mereka tidak bisa menerima saya.

Rasanya seperti anak yang baru mulai belajar berjalan sendiri lalu terhantam oleh badai ekspetasi yang tidak terpenuhi.

Namun ketika saya dilahirkan orang tua saya tidak pernah berjanji kepada saya bahwa hidup ini akan gampang-gampang aja. So here it goes. Nangis boleh, cengeng jangan. Redup boleh, padam jangan.

Bersulang untuk tumbuh kembang bersama semua orang dibumi. 

Cheers!



.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

"Aku gamau jadi seperti ibu!"

Plak! Sebuah tamparan keras mendarat di pipi Nala. “Apa ini, Nala? Kamu merokok? ” suara Ayah menggelegar, penuh amarah yang tak terbendung. Nala terdiam, mencoba menahan perih yang menjalar di pipinya. Dengan suara lirih, ia berbisik, “Ayah… Ayah kan bisa bertanya dulu tanpa harus menggunakan kekerasan?” Namun, kata-katanya hanya menambah bara di hati Ayah. “Kamu itu, Nala, nggak bisa diberi tahu dengan cara baik-baik! Sekarang jawab Ayah, ini rokok milik siapa?” Nala menatap Ayah dengan mata yang mulai basah, rasa sakit di dadanya jauh lebih besar daripada di wajahnya. Dengan suara bergetar, ia menjawab, “Kalaupun Nala bilang itu milik teman Nala, Ayah pasti tetap tidak akan percaya. Tamparan Ayah tadi sudah cukup menjelaskan segalanya, kan? Jadi, apa lagi yang harus Nala katakan?” Air mata mengalir perlahan di pipi Nala, membawa semua luka yang selama ini ia simpan dalam hati. “Sudah, Yah. Biar Ibu saja yang bicara dengan Nala,” ujar Ibu, mencoba meredakan ketegangan. Ayah mendengu...

Refleksi Dewasa dalam Dunia yang Terlalu Cepat

Haiiii, Orang Dewasa... How's your day?  Bagaimana harimu saat ini? apa sudah merasa senang karena sekarang tidak lagi ada yang mengomel jika kamu nggak tidur siang? atau malah pengen hal itu diulang kembali karena sekarang, di usia yang bukan lagi anak-anak, tidur siang terasa seperti hadiah berharga, bukan? Dulu, sewaktu kamu kecil beranggapan bahwa dunia orang dewasa selalu tampak menyenangkan ya, bebas dari segala larangan. Kamu yang belum tahu banyak, sering berharap bisa cepat tumbuh dewasa, membayangkan kebebasan untuk melakukan apa pun yang kita inginkan. Namun, kini bagaimana? dunia orang dewasa ternyata terlalu menakutkan bagi kamu yang masih sering merasa seperti anak-anak. Tubuh ringkihmu sangat jarang mendapat pelukan bahkan hampir tidak pernah, dan sekarang rasanya sudah tidak bisa lagi mengadu pada mama, karena rumah pun bertumpu pada kamu. Beban dunia orang dewasa terasa semakin berat, seakan semua harapan dan kekuatan keluarga terletak di pundak kamu.  Hai man...

"Rooftop Confessions: Meredam Keretakan Hati di Balik Ketenangan".

Kay terdiam sejenak, merenung pada keputusasaan yang menyelimutinya. Dia menarik napas dalam-dalam, mencoba mengumpulkan kekuatan untuk mengungkapkan keretakan hatinya. Kay saat ini sedang berada di rooftop rumahnya, tempat biasa ia menenangkan diri. Karena kesunyian adalah situasi yang paling ia sukai, ia dapat dengan tenang meluapkan rasa sakitnya melalui air mata, tanpa perlu khawatir bahwa orang lain akan ikut merasakan sakitnya. Kebiasaannya menyimpan semua dukanya sendiri membuatnya enggan menunjukkan kerapuhannya pada siapa pun, sehingga orang lain sulit melihat seberapa dalam luka yang dimiliki wanita cantik itu. "Bolehkah jika aku menampakkan keretakan hati yang menyakitiku saat ini?  Aku telah merasa sehancur ini melihat orang yang kucintai bahagia, tetapi bukan aku sumbernya. Aku ingin merasa tidak tahu diri untuk tetap mengejarnya, meskipun aku sudah tahu bahwa dia telah melarikan diri jauh dan menciptakan jarak di antara kita, tapi tidak masalah. Aku relakan energi...