Dalam upaya meluruskan keadaan, terkadang seseorang rela untuk menjadi tameng membela dirinya sendiri, meski sejatinya dia lelah.
Dia terlalu capek untuk terus menerus membuat dirinya terlihat baik di mata orang lain. Dia tidak bisa memberi tahu orang lain kalau dia juga luka, dia berdarah-darah, dia sendirian, dia di kelilingi rasa takut dan dia tetap berusaha.
Sampai akhirnya dia terbiasa.
Terbiasa membiarkan keadaan menyalahkannya hingga dia lupa bagaimana rasanya di hargai dan di apresiasi.
Tidak ada satu orang pun tahu seberapa takutnya dia ketika bangun tidur yang dihantui terus oleh rasa gelisah.
Tidak ada satu orang pun paham betapa takutnya kegagalan menghampiri dirinya setiap hari.
Dia capek mencari tempat pelarian setiap hari, dan bahkan rasanya tidak ingin pulang. Karena rasa yang tidak bisa dia ungkapkan begitu banyak.
Dalam gelapnya hati, dia menjadi pelampiasan segala keluhan dan keresahan. Seperti air yang mencari aliran, tanpa dipikir oleh mereka, dia mencari tempat untuk menuangkan derasnya pikiran yang meluap. Dan lagi-lagi yang dia temui hanya dirinya :)
Komentar
Posting Komentar