Hidup tidak selalu bisa kita kendalikan. Jika sesuatu memang harus terjadi, biarkan mengalir sebagaimana mestinya. Jangan merasa bodoh hanya karena orang lain tidak memahami perjuangan kamu. Selama sudah berusaha itu sudah cukup. Kalau dunia ini sedang kacau, biarkan saja terjadi. Kalau rencanamu tidak berjalan sesuai harapan let it happen. Without asking why you’re stupid saat kamu sudah berusaha sebaik mungkin. It’s oke jika dunia meremehkan kamu, bahkan saat kamu berjuang habis-habisan. Karena pada dasarnya, akan selalu ada orang yang bilang “kamu tidak baik” . Meski menurut mereka usahamu kurang, kamu tau sendiri kan? Itu tetap sebuah pencapaian besar. Jangan hancurkan mental mu dengan memaksakan sesuatu yang seharusnya terjadi dengan sendirinya. Mereka yang tidak menyukai kamu akan selalu menganggap kamu buruk. Sudahlah, cukup. Saat kamu akhirnya menyadari bahwa… “kamu sudah menjadi orang baik, kok” . Usahamu sudah setara dengan mereka yang lebih tinggi ...
Plak! Sebuah tamparan keras mendarat di pipi Nala. “Apa ini, Nala? Kamu merokok? ” suara Ayah menggelegar, penuh amarah yang tak terbendung. Nala terdiam, mencoba menahan perih yang menjalar di pipinya. Dengan suara lirih, ia berbisik, “Ayah… Ayah kan bisa bertanya dulu tanpa harus menggunakan kekerasan?” Namun, kata-katanya hanya menambah bara di hati Ayah. “Kamu itu, Nala, nggak bisa diberi tahu dengan cara baik-baik! Sekarang jawab Ayah, ini rokok milik siapa?” Nala menatap Ayah dengan mata yang mulai basah, rasa sakit di dadanya jauh lebih besar daripada di wajahnya. Dengan suara bergetar, ia menjawab, “Kalaupun Nala bilang itu milik teman Nala, Ayah pasti tetap tidak akan percaya. Tamparan Ayah tadi sudah cukup menjelaskan segalanya, kan? Jadi, apa lagi yang harus Nala katakan?” Air mata mengalir perlahan di pipi Nala, membawa semua luka yang selama ini ia simpan dalam hati. “Sudah, Yah. Biar Ibu saja yang bicara dengan Nala,” ujar Ibu, mencoba meredakan ketegangan. Ayah mendengu...